AKIBAT HUKUM TIDAK DILAKSANAKAN PUTUSAN HAKIM PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

  • Klaudius Ilkam Hulu Universitas Nias Raya
  • Dalinama Telaumbanua Universitas Nias Raya
  • Fianusman Laia Universitas Nias Raya
Keywords: Legal Consequences, Non-Execution of Judge's Rulings, Administrative Court

Abstract

The fulfillment of the element of utility in a judge's ruling is achieved through execution, ensuring that justice for the parties involved is not merely inscribed on paper, as paper is merely a tool, while justice must be felt. This study aims to understand, comprehend, and analyze the legal consequences of the non-execution of administrative court rulings. The type of research employed is normative legal research, utilizing a statutory approach and an analytical approach, with data collection techniques involving literature study through the analysis of secondary data. Based on the findings and discussions, it can be concluded that the legal consequence of not executing an administrative court ruling is the imposition of sanctions as stipulated in Article 116 of Law No. 51 of 2009 concerning Administrative Courts, in the form of the payment of coercive fines and administrative sanctions. Dwangsom or coercive fines refer to the payment of a certain amount of money, either in a lump sum or in installments, to the individual or their heirs, or to a private legal entity, which is charged to the defendant (a State Administrative Body or Official) for failing to execute an Administrative Court ruling that has permanent legal force (inkracht van gewijsde) and which causes material losses to an individual or private legal entity. In such cases, sanctions in the form of compensation and rehabilitation may be imposed. In administrative court proceedings, the obligation to pay compensation and the imposition of compensation may result in enforcement actions, such as execution, if the losing party fails to comply with or neglects to implement the court's ruling. This action is carried out by the state through court officials upon the request of the winning party in the ruling.

References

Abdullah, Ali, 2015. Teori dan Praktik Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Pasca- Amandemen. Jakarta: Prenadamedia Group.

Abdullah, Rozali, 2007. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta: PT Raja Grafindo. Ali, Zainuddin, 2016, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Sinar Grafika.

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Anggriani, Jum, 2012, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hulu, K. I. (2020). Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian Penetapan Suku Bunga Yang Telah Disepakati Dalam Surat Perjanjian Kredit. Jurnal Education and Development, 8(2), 55-55.

Hulu, K. I. (2021). Kekuatan alat bukti sertifikat hak milik atas tanah dalam bukti kepemilikan hak. Jurnal Panah Keadilan, 1(1), 27-31.

Hulu, K. I. (2021). Kekuatan alat bukti sertifikat hak milik atas tanah dalam bukti kepemilikan hak. Jurnal Panah Keadilan, 1(1), 27-31.

Indroharto (I). 1996. Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Jimly Assiddiqie, 2007. Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT Bhuana Populer.

Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2011 tentang Pembentukan Pengadilan Tata Usaha Negara Kepulauan Riau dan Pengadilan Tata Usaha Negara SerangUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 1997 tentang Pembentukan Pengadilan Tata Usaha Negara Banda Aceh, Pekanbaru, Jambi, Bengkulu, Palangkaraya, Palu, Kendari, Yogyakarta, Mataram dan Dili

Laia, F. (2020). Penyadapan yang Dilakukan Kpk dalam Perspektif Hak Asasi Manusia di Indonesia. Jurnal Education and Development, 8(3), 156-156.

Laia, F., Hulu, K. I., & Laia, F. (2023). Analisis Hukum Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Oleh Anak. JURNAL MathEdu (Mathematic Education Journal), 6(2), 238-246.

Liberty. S.F Marbun, 1997. Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia. Yogyakarta : Liberty.

Paulus Effendi Lotulung. 2013. Hukum Tata Usaha Negara dan Kekuasaan. Jakarta : Salemba Humanika.

Philipus M. Hadjon, Dkk. 1997. Pengantar Administrasi Indonesia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Prajudi Atmosudirjo. 1994. Administrasi Negara. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Riawan Tjandra, 1999, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Yogyakarta: Universitas atma jaya

Riawan Tjandra. 2009. Peradilan Tata Usaha Negara PTUN Mendorong Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa. Yogyakarta.

Rozalli Abdullah, 2004. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Telaumbanua, Dalinama. 2015. “Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Di Bidang Lingkungan Hidup.” Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum. vol. 9, no. 1

Telaumbanua, Dalinama. 2020. “Pertimbangan Hakim Dalam Penyelesaian Perselisihan PHK.” EKSEKUSI. vol. 2, no. 1

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Published
2024-08-15
How to Cite
Hulu, K. I., Telaumbanua, D., & Laia, F. (2024). AKIBAT HUKUM TIDAK DILAKSANAKAN PUTUSAN HAKIM PENGADILAN TATA USAHA NEGARA . JURNAL PANAH KEADILAN, 3(2), 28-37. https://doi.org/10.57094/jpk.v3i2.1995